Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi setiap
muslim. Sebuah ibadah mulia yang mempunyai peran penting bagi keislaman
seseorang. Sehingga Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam mengibaratkan
shalat seperti pondasi dalam sebuah bangunan.
Beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda:
.… بُنِىَ
الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ
Islam dibangun di atas lima hal:
bersaksi bahwa tidak ada sesembahan
yang berhak disembah dengan benar kecuali Allâh
dan Nabi Muhammad adalah utusan Allâh,
menegakkan shalat….
(HR Bukhâri dan Muslim)
bersaksi bahwa tidak ada sesembahan
yang berhak disembah dengan benar kecuali Allâh
dan Nabi Muhammad adalah utusan Allâh,
menegakkan shalat….
(HR Bukhâri dan Muslim)
Oleh karena itu, ketika muadzin mengumandangkan adzan, kaum muslimin berbondong-bondong mendatangi rumah-rumah Allâh Ta'âla, mengambil air wudhu, kemudian berbaris rapi di belakang imam shalat mereka. Mulailah kaum muslimin tenggelam dalam dialog dengan Allâh Ta'âla dan begitu khusyu’ menikmati shalat sampai imam mengucapkan salam. Dan setelah usai, masing-masing kembali pada aktifitasnya.
Timbul pertanyaan, apakah masing-masing kaum
muslimin sama dalam menikmati shalat ini? Apakah juga mendapatkan hasil
yang sama? Perlu kita ketahui bahwa setiap amal shalih membawa pengaruh
baik kepada pelaku-pelakunya. Pengaruh ini akan semakin besar sesuai
dengan keikhlasan dan kebenaran amalan tersebut. Dan pernahkah kita
bertanya, “Apakah manfaat dari shalatku?” atau “Sudahkah aku merasakan
manfaat shalat?”
Imam Hasan al-Bashri rahimahullâh pernah mengatakan:
“Wahai, anak manusia.
Shalat adalah perkara yang dapat menghalangimu dari maksiat dan
kemungkaran. Jika shalat tidak menghalangimu dari kemaksiatan dan
kemungkaran, maka hakikatnya engkau belum shalat”.[1]
Dari nasihat beliau ini, kita bisa memahami bahwa
shalat yang dilakukan secara benar akan membawa pengaruh positif kepada
pelakunya. Dan pada kesempatan ini, marilah kita mempelajari
manfaat-manfaat shalat. Kemudian kita tanyakan kepada diri sendiri,
sudahkah aku merasakan manfaat shalat?
1. Shalat adalah simbol ketenangan.
Shalat menunjukkan ketenangan jiwa dan kesucian hati
para pelakunya. Ketika menegakkan shalat dengan sebenarnya, maka
diraihlah puncak kebahagiaan hati dan sumber segala ketenangan jiwa.
Dahulu, orang-orang shalih mendapatkan ketenangan
dan pelepas segala permasalahan ketika mereka tenggelam dalam
kekhusyu’kan shalat. Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud rahimahullâh dalam Sunan-nya:
Suatu hari ‘Abdullah bin Muhammad al- Hanafiyah rahimahullâh
pergi bersama bapaknya menjenguk saudara mereka dari kalangan Anshar.
Kemudian datanglah waktu shalat. Dia pun memanggil pelayannya, ”Wahai
pelayan, ambillah air wudhu! Semoga dengan shalat aku bisa
beristirahat,” Kami pun mengingkari perkataannya. Dia berkata: “Aku
mendengar Nabi Muhammad bersabda, ’Berdirilah ya Bilal, istirahatkanlah
kami dengan shalat!’.”[2]
Marilah kita mengintrospeksi diri, sudahkah
ketenangan seperti ini kita dapatkan dalam shalat-shalat kita? Sudah
sangat banyak shalat yang kita tunaikan, tetapi pernahkah kita berfikir
manfaat shalat ini? Atau rutinitas shalat yang kita tegakkan
sehari-hari?
Suatu ketika seorang tabi’in yang bernama Sa’id bin Musayib rahimahullâh
mengeluhkan sakit di matanya. Para sahabatnya berkata kepadanya:
“Seandainya engkau mau berjalan-jalan melihat hijaunya Wadi ‘Aqiq,
pastilah akan meringankan sakitmu,” tetapi ia menjawab: “Lalu apa
gunanya aku shalat ‘Isya` dan Subuh?”[3]
Demikianlah, generasi terdahulu dari umat ini
memposisikan shalat dalam kehidupan mereka. Bagi mereka, shalat adalah
obat bagi segala problematika. Dengan hati yang ikhlas mereka menunaikan
shalat, sehingga jiwa menuai ketenangan dan mendapatkan kebahagiaan.
2. Shalat adalah cahaya.
Ambillah cahaya dari shalat-shalat kita. Ingatlah,
cahaya shalat bukanlah cahaya biasa. Dia cahaya yang diberikan oleh
Penguasa alam semesta ini. Diberikan untuk menunjuki manusia ke jalan
yang lurus, yaitu jalan ketaatan kepada Allâh Rabul ‘alamin.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullâh, dari sahabat Abu Mâlik al-’Asy’ari radhiyallâhu'anhu, Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda: (dan shalat itu adalah cahaya).
Oleh karena itu, marilah menengok diri
kita, sudahkah cahaya ini menerangi kehidupan kita? Dan sungguh sangat
mudah jika kita ingin mengetahui apakah shalat telah mendatangkan cahaya
bagi kita? Yakni dapat lihat, apakah shalat membawa ketaatan kepada
Allâh dan menjauhkan kita dari bermaksiat kepada-Nya? Jika sudah,
berarti shalat itu telah menjadi sumber cahaya bagi kehidupan kita.
Inilah cahaya awal yang dirasakan manusia di dunia. Dan kelak di
akhirat, ia akan menjadi cahaya yang sangat dibutuhkan, yang
menyelamatkannya dari berbagai kegelapan sampai mengantarkannya kepada
surga Allâh Ta'âla .
3. Shalat sebagai obat dari kelalaian.
Lalai adalah penyakit berbahaya yang
menimpa banyak manusia. Lalai mengantarkan manusia kepada berbagai
kesesatan, bahkan menjadikan manusia tenggelam di dalamnya. Mereka akan
menanggung akibat dari kelalaian yang mereka alami di dunia maupun di
akhirat kelak. Sehingga lalai menjadi penutup yang menutupi hati
manusia. Hati yang tertutup kelalaian, menyebabkan kebaikan akan sulit
sampai padanya. Tetapi menegakkan shalat sesuai dengan syarat dan
rukunnya, dengan menjaga sunnah dan khusyu di dalamnya, insya Allâh akan
menjadi obat paling mujarab dari kelalaian ini, membersihkan hati dari
kotoran-kotorannya. Allâh Ta'âla berfirman:
Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu
dengan merendahkan diri dan rasa takut,
dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang,
dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.
(Qs. al-A’ra/7:205)
dengan merendahkan diri dan rasa takut,
dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang,
dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.
(Qs. al-A’ra/7:205)
Berkata Imam Mujahid rahimahullâh:
“Waktu pagi adalah shalat Subuh dan waktu petang adalah shalat ‘Ashar”.
Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ حَافَظَ عَلَى هَؤُلاَءِ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوْبَاتِ لَمْ يُكْتَبْ مِنَ الْغَافِلِيْنَ
Barang siapa yang menjaga shalat-shalat wajib,
maka ia tidak akan ditulis sebagai orang-orang yang lalai.[4]
maka ia tidak akan ditulis sebagai orang-orang yang lalai.[4]
4. Shalat sebagai solusi problematika hidup.
Sudah menjadi sifat dasar manusia ketika dia
tertimpa musibah dan cobaan, dia akan mencari solusi untuk menyelesaikan
permasalahannya. Maka tidak ada cara yang lebih manjur dan lebih hebat
dari shalat. Shalat adalah sebaik-baik solusi dalam menghadapi berbagai
macam cobaan dan kesulitan hidup. Karena tidak ada cara yang lebih baik
dalam mendekatkan diri seseorang dengan Rabb-nya kecuali dengan shalat. Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya mengucapkan:
( أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ ( رواه مسلم
Posisi paling dekat seorang hamba dengan Rabbnya yaitu ketika dia sujud,
maka perbanyaklah doa.
(HR Muslim)[5]
maka perbanyaklah doa.
(HR Muslim)[5]
Inilah di antara manfaat shalat yang sangat agung, mendekatkan hamba dengan Dzat yang paling ia butuhkan dalam menyelesaikan problem hidupnya. Maka, kita jangan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Jangan sampai kita lalai dalam detik-detik shalat kita. Jangan pula terburu-buru dalam shalat kita, seakan tidak ada manfaat padanya. Shalat bisa menjadi sarana menakjubkan untuk mendatangkan pertolongan dan dukungan Allâh Ta'âla.
Dalam kisah Nabi Yunus 'alaihissalam, Allâh Ta'âla menceritakan:
Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allâh,
niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.
(Qs. ash-Shafât/37:143-144)
niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.
(Qs. ash-Shafât/37:143-144)
Sahabat Ibnu ‘Abbas rahimahullâh menafsirkan “banyak mengingat Allâh”, yaitu, beliau termasuk orang-orang yang menegakkan shalat.[6]
Sahabat Hudzaifah radhiyallâhu'anhu pernah menceritakan tentang Nabi Muhammad shallallâhu 'alaihi wa sallam :
(كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى. (رواه أبو داود
Dahulu, jika Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam tertimpa suatu urusan, maka beliau melaksanakan shalat.
(HR Abu Dawud)[7]
(HR Abu Dawud)[7]
5. Shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Sebagaimana telah kita fahami, bahwasanya shalat
akan membawa cahaya yang menunjukkan pelakunya kepada ketaatan.
Bersamaan dengan itu, maka shalat akan mencegah pelakunya dari perbuatan
keji dan mungkar. Sebagaimana hal ini difirmankan Allâh Ta'âla :
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (Al-Qur‘an)
dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allâh (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain).
Dan Allâh mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Qs. al-Ankabût/29:45)
dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allâh (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain).
Dan Allâh mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Qs. al-Ankabût/29:45)
Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu ‘Abbas radhiyallâhu'anhu mengatakan, “Dalam shalat terdapat larangan dan peringatan dari bermaksiat kepada Allâh”.[8]
6. Shalat menghapuskan dosa.
Selain mendatangkan pahala bagi pelakunya, shalat
juga menjadi penghapus dosa, membersihkan manusia dari dosa-dosa yang
pernah dilakukannya.
Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda:
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ
يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ
دَرَنِهِ قَالُوا لَا يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا قَالَ فَذَلِكَ مِثْلُ
الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا
“Apa pendapat kalian,
jika di depan pintu salah seorang dari kalian ada sungai (mengalir);
dia mandi darinya lima kali dalam sehari, apakah tersisa kotoran darinya?”
Para sahabat menjawab: “Tidak akan tertinggal kotoran sedikitpun”.
Beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Demikianlah shalat lima waktu,
Allâh Ta'âla menghapuskan dengannya kesalahan-kesalahan”.
(HR Bukhâri dan Muslim)
jika di depan pintu salah seorang dari kalian ada sungai (mengalir);
dia mandi darinya lima kali dalam sehari, apakah tersisa kotoran darinya?”
Para sahabat menjawab: “Tidak akan tertinggal kotoran sedikitpun”.
Beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Demikianlah shalat lima waktu,
Allâh Ta'âla menghapuskan dengannya kesalahan-kesalahan”.
(HR Bukhâri dan Muslim)
Inilah sebagian manfaat shalat yang tak terhingga banyaknya, dari yang kita ketahui maupun yang tersimpan di sisi Allâh Ta'âla. Oleh karena itu, marilah kita memperhatikan diri kita masing-masing, sudahkah di antara manfaat-manfaat tersebut yang kita rasakan? Ataukah kita masih menjadikan shalat sebagai salah satu rutinitas hidup kita? Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang dicela Allâh dalam firman-Nya:
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.
(Qs. al-Mâ’ûn/107:4-5)
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.
(Qs. al-Mâ’ûn/107:4-5)
Semoga Allâh Ta'âla memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hambanya yang menegakkan shalat, dan memetik buahnya dari shalat yang kita kerjakan.
(Majalah As-sunnah Edisi 05/Tahun XII)